Pendakian Semeru, Mei 2015 bagian kedua Tepat pukul 15.15 kereta kami berangkat. Bergerak menjauhi Stasiun Pasar Senen. Meninggalkan Mas Basuki yang pastinya kesal dan kecewa. Meskipun sering mengomel karena metode transportasi di negeri ini sering terlambat dan tidak tepat waktu, namun kali ini ada rasa sesal, mengapa ketika butuh waktu, kereta ini berangkat dengan sangat tepatContinue reading “Halo, Semeru!”
Author Archives: inandira
Sebuah Sore di Stasiun Pasar Senen
Pendakian Semeru, Mei 2015 bagian pertama Pagi ini, seorang teman, Fariz namanya, mengirimkan sebuah pesan, “Sudah setahun, Si Semeru. Trip yang memulai segalanya”. Saya yang baru bangun tidur, belum sadar benar, hanya menjawab seadanya. Namun, tidak bisa tidak, pikiran saya kemudian berjalan-jalan mengunjungi rincian kejadian yang terjadi di bulan Mei setahun yang lalu. Saya teringatContinue reading “Sebuah Sore di Stasiun Pasar Senen”
Olenka by Budi Darma (1983)
Sejak pertama kali membaca cerita pendek Budi Darma, saya merasa ada sedikit jarak antara saya sebagai pembaca dan beliau sebagai penulis yang tidak berhasil saya seberangi. Mungkin pemahaman saya saja yang tidak sampai. Atau mungkin juga hanya masalah selera. Tetapi secara utuh dan objektif saya paham benar dan mengakui kalau karya-karya Budi Darma adalahContinue reading “Olenka by Budi Darma (1983)”
Tidak Ada New York Hari Ini by Aan Mansyur (2016)
Mungkin penulisnya begitu pandai membaca naskah, menyulap sebuah cerita linear menjadi kata-kata yang punya jiwa. Membuat rindu dan kegelisahan si tokoh Rangga benar-benar sampai kepada kita yang membaca. Mungkin. Atau mungkin juga si penulis tahu rasanya menjadi Rangga. Berkutat dalam sesak dan ketidakberdayaan oleh rindu dan gelisah hati yang susah dicari definisinya. Mungkin. Mungkin kitaContinue reading “Tidak Ada New York Hari Ini by Aan Mansyur (2016)”
Ada Apa dengan Cinta 2 (2016)
Keberanian untuk memaafkan dan menerima, menurut saya pesan yang ingin disampaikan oleh film ini sangat jelas. Dengan menggunakan rangkaian adegan yang manis dan memancing nostalgia serta bantuan tempat-tempat ikonik dan gambar-gambar yang memanjakan mata, Riri Riza seolah ingin menjewer Rangga yang pendendam dan Cinta yang tukang ngambek, memaksa mereka untuk berdamai. Rangga yang cenderung pengecutContinue reading “Ada Apa dengan Cinta 2 (2016)”
Lebaran Tahun Ini
“Kok sendirian? Agus mana?” tanya Ibu. “Nanti nyusul, Bu. Masih ada kerjaan,” jawabku meraih tangan Ibu, salim. “Lebaran gini kok ya masih kerja?” “Namanya juga tentara, Bu. Ndak ada liburnya”. Berkumpul di Kayu Manis pada hari pertama lebaran adalah suatu kewajiban yang tidak bisa kami tinggalkan. Aku, Indri, dan Utari, seenggan apapun, kami tidak pernahContinue reading “Lebaran Tahun Ini”
Ana dan Anjani
Dinginnya dini hari seolah ingin menguji mental para pendaki yang ingin menjajal Puncak Anjani. Deru dan gemuruh angin datang dan pergi membawa ribut, mencoba mengecilkan nyali para pengelana pencari matahari. “Udalah, kamu tidur aja di tenda!” seru si pria dengan kasar. “Kamu pasti ngerepotin nanti!” “Tapi aku ingin ikut!” perempuan muda ini membantah. “Aku inginContinue reading “Ana dan Anjani”
Cendana
Namaku Cendana. Aku tinggal di sebuah pulau di ujung Republik. Di mana-mana, yang namanya ujung, biasanya seringkali terlupakan. Terlalu jauh untuk dijangkau. Tidak begitu penting untuk diperhatikan. Begitulah kondisi pulauku. Sejujurnya aku belum pernah pergi ke luar pulau. Aku tidak tahu ada apa di luar sana. Tapi terkadang, jika ayah menyuruhku ikut mengantarkan tamu-tamu yangContinue reading “Cendana”
Taksi Malam Itu
//Dira// Lobby Senayan City, Jakarta 21.07 WIB IDR 7,500 Sebuah taksi berwarna biru akhirnya berhenti di depan kami. Bak jodoh yang telah sama-sama mencari dan menanti, aku, Delta, dan taksi dengan nomor DD2001 dipertemukan malam itu. Lepas pukul sembilan malam seperti ini, memang taksi-taksi selalu berjajar rapi, bergantian menjemput penumpang yang juga telah mengantri, menungguContinue reading “Taksi Malam Itu”
Aku Ingin Menjadi Tampan
“Katanya lu sayang sama gua,” kata Cik Linda, menatapku tajam. Tatapan yang tidak dapat dibantah. “Kalau memang lu sayang, lu harus pakai ini gaun di nikahan gua”. Aku memandangi gaun berwarna peach tersebut dengan lemas tak berdaya. Modelnya kemben, panjang hingga mata kaki dan penuh renda. “Lu nggak kasihan, Cik sama gua?” aku memelas. MengeluarkanContinue reading “Aku Ingin Menjadi Tampan”