Nasi Kuning Emak

“Emak sehat?” tanyaku. “Inggih” jawab Emak sambil tersenyum sopan. “Kerasan di kampung, Mak?” tanyaku lagi. “Inggih,” jawab Emak sambil mengangguk sopan. Kupandangi wanita tua di hadapanku dengan alis berkerut keheranan. Wanita ini memang Emak. Namun entah mengapa aku merasa asing dan tidak mengenalinya lagi. “Emak-e eling mboten karo kulo?” Apakah Emak ingat pada saya, tanyaku.ContinueContinue reading “Nasi Kuning Emak”

Lebaran Tahun Ini

“Kok sendirian? Agus mana?” tanya Ibu. “Nanti nyusul, Bu. Masih ada kerjaan,” jawabku meraih tangan Ibu, salim. “Lebaran gini kok ya masih kerja?” “Namanya juga tentara, Bu. Ndak ada liburnya”. Berkumpul di Kayu Manis pada hari pertama lebaran adalah suatu kewajiban yang tidak bisa kami tinggalkan. Aku, Indri, dan Utari, seenggan apapun, kami tidak pernahContinueContinue reading “Lebaran Tahun Ini”

Ana dan Anjani

Dinginnya dini hari seolah ingin menguji mental para pendaki yang ingin menjajal Puncak Anjani. Deru dan gemuruh angin datang dan pergi membawa ribut, mencoba mengecilkan nyali para pengelana pencari matahari. “Udalah, kamu tidur aja di tenda!” seru si pria dengan kasar. “Kamu pasti ngerepotin nanti!” “Tapi aku ingin ikut!” perempuan muda ini membantah. “Aku inginContinueContinue reading “Ana dan Anjani”

Cendana

Namaku Cendana. Aku tinggal di sebuah pulau di ujung Republik. Di mana-mana, yang namanya ujung, biasanya seringkali terlupakan. Terlalu jauh untuk dijangkau. Tidak begitu penting untuk diperhatikan. Begitulah kondisi pulauku. Sejujurnya aku belum pernah pergi ke luar pulau. Aku tidak tahu ada apa di luar sana. Tapi terkadang, jika ayah menyuruhku ikut mengantarkan tamu-tamu yangContinueContinue reading “Cendana”

Taksi Malam Itu

//Dira// Lobby Senayan City, Jakarta 21.07 WIB IDR 7,500 Sebuah taksi berwarna biru akhirnya berhenti di depan kami. Bak jodoh yang telah sama-sama mencari dan menanti, aku, Delta, dan taksi dengan nomor DD2001 dipertemukan malam itu. Lepas pukul sembilan malam seperti ini, memang taksi-taksi selalu berjajar rapi, bergantian menjemput penumpang yang juga telah mengantri, menungguContinueContinue reading “Taksi Malam Itu”

Aku Ingin Menjadi Tampan

“Katanya lu sayang sama gua,” kata Cik Linda, menatapku tajam. Tatapan yang tidak dapat dibantah. “Kalau memang lu sayang, lu harus pakai ini gaun di nikahan gua”. Aku memandangi gaun berwarna peach tersebut dengan lemas tak berdaya. Modelnya kemben, panjang hingga mata kaki dan penuh renda. “Lu nggak kasihan, Cik sama gua?” aku memelas. MengeluarkanContinueContinue reading “Aku Ingin Menjadi Tampan”